Ada Apa Dengan Cinta 2 (Film)

Source

Dunia layar kaca dibuat gempar! Gimana engga, tiba-tiba lagi di ruang kelas (pas SMA) temen gue pada ribut karena ada postingan dari line mengenai teaser pertemuan Cinta dan Rangga. Setelah 12 tahun.. Akhirnya gundah gelisah penggemar film Ada Apa Dengan Cinta? yang dikeluarkan tahun 2002 ada lanjutannya. Pasti pada masih inget lah ya apa ending film AADC yang gantung. Trus lewat iklan line dengan mini drama sekuel AADC antusias nya jadi menjamur lagi. Apalagi dengan kalimat kalimat puitis yang penuh dengan sirat makna dan melekat kaya "Jadi, beda satu purnama di New York dengan Jakarta?" sampai banyak banget meme yang dibuat. Dan jujur aja kan pasti di keseharian beberapa kalimat di film AADC pertama jadi bahan keseharian kaya "Jadi salah gue? Salah temen temen gue?" atau "Apa harus aku lari ke hutan lalu belok ke pantai?" atau "Pecahkan saja gelasnya Biar ramai!" Pasti kadang kadang terselip deh di keseharian kalian. Well, akhirnya setelah 2 tahun kemudian akhirnya film Ada Apa Dengan Cinta 2 rilis di bioskop dan yap karakter Cinta dan Rangga masih dapet banget chemistry nya dan lumayan bikin baper lah ya film nya.

Banyak adegan yang bikin kita terbawa suasana karena mulai pertengahan sampe akhir film adegannya fokus banget dengan pertemuan Cinta dan Rangga (karena ya film nya emang tentang itu kan hehe). Ya meskipun di awal film kita kaya disuruh lari mengikuti alur yang menceritakan kehidupan Cinta, Rangga, Karmen, Milly, Mamet, dan Maura setelah 14 tahun berlalu. Dan baru pas pertengahan bener bener fokus ke mereka berdua. Langsung aja deh..  [Watch out spoiler!]
---





"Cinta"




---
Rangga melangkah menghampiri Cinta penuh dengan keyakinan dan ketakutan. Lalu, saat larut dalam kekaguman akan seni, nafasnya diberi spasi, kaget dan penuh benci karena apa yang dilakukan di lampau hari memang menyayat hati ketika mendengar nama nya terucap oleh sosok yang tak mau ia temui.
---




"Terlalu lama"
"Ya terlalu lama"
...


"Saya tau kamu gak mau ketemu saya"


"Jadi untuk apa kamu ada disini?"


"Dulu kamu kalo lagi bingung itu nyenengin, sekarang nyebelin banget"


---
Tatapan sinis terpancar dari muka yang mempunyai senyum manis. Tak ada lagi kata yang bisa mewakili perasaan yang dulu terluka oleh seseorang yang penuh dengan tanda tanya. Dalam emosi yang tak terarah, Cinta pergi begitu saja dan Rangga hanya bisa melihat ia pergi sebelum ia bisa memberikan kata demi kata tentang jawaban dan penjelasan yang tertahan di lidah mengenai mengapa ia melakukan tindakan tanpa pikiran dan berakibat Cinta menjadi gundah gulana.
---
Jadi, pertemuan ini bisa terjadi karena Karmen kaya "ngeline" Rangga bahwa mereka bakal hadir dalam pameran Eko Nugroho. Sebelumnya, Rangga emang pengen banget ketemu Cinta tapi Cinta menolak karena ya yang berlalu biar aja berlalu, gak usah diungkit lagi. Tapi, saking baik nya Karmen ngerasa bahwa Cinta berhak dapat penjelasan atas sikap Rangga yang memutuskan hubungan tanpa alasan makanya ia sengaja ngerancang supaya mereka dapat ketemuan.
Well, percakapan singkat itu ngebuat Cinta marah ke temen nya khusus nya Karmen. Konflik nya ketika di kamar Cinta yang kondisi nya mau pulang duluan karena ngambek dan gak sengaja dia nyakitin perasaan Karmen. Trus, Karmen pergi keluar dan Cinta jadi nyesel, ya karena tujuan mereka ke Jogja untuk liburan bukan untuk marahan. Akhirnya, Karmen balik kaya ngambek gitu mau pulang duluan juga dan trus mereka maaf maafan dan akhirnya mereka baik baikan. Mereka sama-sama khilaf intinya.
Terus keesokan nya, Cinta mau nemuin Rangga dengan alasan dia ngelakuin ini demi temen-temennya yang selalu ada ketika dia lagi berduka maupun bersuka cita.

---

"Lalu?"
"Lalu.."


"Cinta, saya ngerti kalo saya hanya bilang 'maafin saya' itu ga akan cukup"
"Bener banget"
"Apa yang saya lakukan ke kamu itu gak adil"
"Gak adil kamu bilang?"
...

"Rangga yang kamu lakukan ke saya itu... "


"Jahat"
...
"Saya gak tahu salah saya itu apa"
"Kamu gak salah apa apa"
"Its not you. Its me"


"Itu kalimat paling klise, yang sering digunakan sama orang yang mau mutusin tapi ga punya nyali untuk kasih tau apa alasan sebenarnya"

Tertunduk, tertegun dan tersudut oleh tajamnya luka masa lalu


"Kamu udah tunangan?"
"Kamu udah nikah?"
"Belum"

Silaunya lingkaran di jari manis tak membuat Rangga malu bertanya dan sebaliknya Cinta juga untuk memecah kecanggungan dan keheningan percakapan


"Kamu boleh ngomong sekarang"


"Saya akan coba untuk jelasin semuanya... tapi sambil jalan yuk?"

Haus akan penjelasan membuat Cinta bingung, ia tahu Rangga mengulur waktu pertemuan dan membuatnya tertahan tapi ia tak mau ketinggalan demi melepas dahaga penantian akan jawaban 

---

Jadi, bertemulah mereka dalam suasana canggung dan tegang. Mungkin udah ribuan kata maaf yang terlontar sampe Rangga sadar itu ga bakal cukup tanpa ia memberi penjelasan dan dia juga sadar sikap nya itu emang gak adil. Dan akhirnya kata kata dari dasar palung luka di hati Cinta terucap.... 'jahat'. Sorotan mata nya seakan mengajak untuk menyelami luka itu. Sampe sampe Rangga gak bisa memotong 'perjalanan waktu' ke cerita lama yang Cinta ceritakan. Cinta mengajak Rangga untuk berjalan sampai penghujung luka yang ia buat dan Rangga cuma bisa nunduk dan menyesal. Sampai akhirnya ia nanya tentang keberadaan cincin di jari manis Cinta. Beberapa hening terus Cinta nanya balik apa Rangga udah nikah atau belum. Menurut gua lucu banget mimik wajah yang dipancarkan Cinta. Kaya seneng dan ngeledek gitu haha. Terus, Rangga pinter.. Dia mau nyoba ngejelasin semua nya tapi sambil jalan, karena mungkin untuk orang tertutup seperti Rangga perlu menjelaskan tapi tidak di sebuah ruangan yang penuh dengan kehampaan.

---


"Dari tadi tuh omongan kamu gak jelas deh, semua yang kamu ceritain itu saya udah tau"
"Cinta, tolong beri saya waktu untuk menjelaskan nya"



Diajak berputar, menyusuri benang yang kusut. Apalagi setelah mengetahui apa yang membuat Cinta gusar, ia hanya bisa menyalakan mata nya membakar pandangan nya yang salah terhadap Rangga, yang saat itu mempunyai beda pemahaman yang kurang pengalaman apalagi Ayah nya Rangga meninggalkan ia dan beban yang tak sanggup dilawan sendirian


---

Cinta di ajak untuk melihat dari sisi kelam kehidupan nya saat ia sedang berfikir tidak karuan dan memutuskan mengirimkan sepucuk surat perpisahan setelah sekian lama tak ada kabar dari kejelasan sebuah hubungan.




Sempat berfikir Rangga bercerita penuh dengan bualan karena mungkin ada seorang perempuan apalagi keputusannya hanya dilihat dari satu pandangan.


Sebuah tamparan diterbangkan untuk 9 tahun tanpa penjelasan berharap Rangga dapat memperoleh kesadaran... bahwa ia merasakan sebuah penyesalan


Dalam suasana hati yang gusar tak mungkin ia untuk mengejar dan berulang-ulang kali Rangga hanya menatap pergi nya Cinta yang selalu membuat pikiran nya buyar


"Goodbye Rangga"

Sadar kalau tindakan nya salah dan mereka bukan lah anak SMA. Cinta dan Rangga sama sama bersikap dewasa 



"Setidaknya saya boleh temani cari taksi ya?"
"Please Ta"
"Oke"
---
Pertanyaan sudah terjawab dengan penjelasan - penjelasan. Eratnya jabat tangan membuat Cinta enggan menolak dengan tegas.
---

"Kamu sampe kapan di Jogja?"
"Besok pagi. Saya sampe belum nanya kamu ngapain ke Jogja?"
"Ibu saya"
"Ibu kamu? Bukannya dia...?"
"Ya. Panjang ceritanya"
"Mau denger ceritanya? Saya akan senang sekali kalau kamu mau dengar ceritanya."
---

Setelah Rangga ngejelasin kenapa dia bersikap gitu dan memutuskan untuk bertindak tanpa pelu mendengar pandangan dari Cinta, Cinta ngegampar Rangga untuk 9 tahun tanpa kejelasan. Disini kita dapet moral value nih, kalau menilai dan memutuskan sesuatu jangan ngeliat dari satu sisi pandang aja guys. Kita perlu lihat gimana pemahaman orang karena mungkin aja pandangan dia bakal ngebuat kita seperti "Oh iya, bener juga ya". Tadinya Cinta ngira kalo Rangga itu bohong dan ngira ada orang ketiga. Trus Rangga bilang sama sekali ga ada perempuan lain. Percuma sih mau berkilah kaya apa ya semua nya ga bakal kembali seperti sedia kala. Dan ada scene dimana Rangga cuma bisa ngeliat Cinta pergi gitu aja. Untung Cinta kebawa suasana emosi lama nya gak berlarut, akhirnya Cinta balik lagi dan menyodorkan tangan nya untuk baikan. Semua nya udah selesai dan Cinta ga mau berakhir dengan pertengkaran, pas Cinta mau balik Rangga minta untuk dirinya diperbolehkan untuk nemenin Cinta nyari taksi. Sambil menahan tangan Cinta, Rangga memohon. Terus akhirnya Cinta nurut aja. Waktu di persimpangan jalan, menawarkan cerita ke Cinta mengenai keberadaan nya ke Jogja. Mungkin, karena Rangga tau Cinta pulang ke Jakarta besok jadi Rangga terus ngulur waktu perpisahan mereka. Cinta cuma bisa tertegun dan mengiyakan. 

---





"Ini saya mau diculik kemana sih? Mau cerita tentang Ibu kamu aja pake sewa mobil segala"
"Kalo naik motor nanti rambut kamu rusak"
"Rese banget sih kamu. Udah anterin saya pulang aja"
"Gak jauh kok tempatnya. Lagian saya yakin kamu belum pernah ke sini"
"Ih sok tau, seringan juga saya ke Jogja"
---
Akhirnya, Rangga nyewa mobil. Dan lucu banget dengan tingkah mereka di dalam mobil. Gue suka cara Rangga nunda perpisahan dia sama Cinta. Dan muka Cinta yang celingak celinguk sumringah dengan sikap Rangga yang bingung pas dia mau minta pulang aja. Tapi, Rangga berkilah dan tetap nerusin perjalanan mereka. Iya lah, karena kapan lagi coba mereka berduaan?
---


---
Terus akhirnya sampe deh mereka di suatu tempat. Gue suka banget langsung ada dentingan piano yang dimainkan. Bener bener ngewakilin suasana mereka berdua. Dan gue juga suka cara Rangga ngajak Cinta dan nyambut tangannya.
---









Perbicangan yang seiring dengan waktu berjalan, hati yang tenang, selipan senyuman dan perdamaian yang terjadi di antara Rangga dan Cinta membuat mereka melupakan makan dan menghubungi teman maupun pasangan. Seakan bumi yang berotasi dan detik yang terus terlewati tak berlaku bagi mereka berdua.



The way he looks her


And the way she looks him



"Hmm.. Kalau pacar?"
"Gak mungkin dong selama itu gak pacaran.."


"Udah lama sih putusnya. Sekitar dua tahun yang lalu"
"Ohh.."
...




"Kaya gimana orangnya?"
"Mirip kamu gitu"


"Ha?"
"Mirip gimana?"


"Mirip gimana ya.."



"Enggak sih, saya membuat kesalahan..."
"Dia bukan kamu ternyata"
"Apaan si.."
---
Saling penasaran dengan kehidupan masing - masing yang mereka lewatkan. Apalagi saat Cinta bertanya mengenai pasangan Rangga berusaha mengalihkan dengan rayuan.
---








---
Waktu silih berjalan, jeep dan lampu jalanan jadi saksi dua insan yang saling tertawa bergantian dan saling ledek-ledekan hingga mereka saling melempar senyuman
---

Intinya gua suka banget sama scene dari mereka makan sampai berduaan di mobil. Gila emang Dian Satrowardoyo sama Nicholas Saputra yang bener bener bisa ngehidupin lagi karakter Cinta dan Rangga. Adegan nya lucu dan bener bener ngebuat kita larut dalam suasana

---





"Maaf saya juga gak ngerti kenapa kata kata itu keluar dari mulut saya"
"Kamu kebanyakan minta maaf"

Salah sedikit Rangga dalam berlisan membuat Cinta kembali berjalan meninggalkan. Dan lagi-lagi Rangga cuma mampu melihat Cinta berjalan begitu aja tanpa berfikir untuk mendahului langkah Cinta.





"Ini mau ngapain lagi sih, saya harus pulang."
"Kalau setelah ini kita gak akan pernah ketemu lagi..."
"Dan saat ini ini adalah satu-satunya waktu yang tersisa buat kita.."
"Saya mohon, jangan ada kemarahan di antara kita"
"Tadi tuh kita udah damai. Kamu yang mulai lagi"
"Saya ngerti, saya salah."
"Saya minta maaf"

Suasana marah, canggung, bingung tercampur menjadi satu

...

"Baikan lagi boleh gak?"
...


"Kali ini baikannya pake hadiah deh"



"Kalau kamu sinis tuh saya udah gak heran lagi ya. Tapi.. kamu jadi bokis gini belajar dari mana sih"
 ...
"Apa hadiah nya?"






"Masa dikasih di mobil hadiah nya"
"Oke tapi kali ini saya yang pilih tempat"
---
Amarah yang sedang mengisi Cinta dipatahkan oleh kebingungan dan rayuan Rangga. Akhirnya perpisahan diulur lagi, karena siapa yang mau mengakhiri perpisahan dengan kemarahan?
---

Ketika suasana udah cair, apa adanya dan terus mengalir.. Eh Rangga salah ngomong lagi, ya wajar sih Cinta kesel apalagi dia mikirnya Rangga udah berubah terus Cinta minta pulang. Gua suka banget scene yang tersirat kalau Rangga terus mengulur waktu untuk tetap bersama Cinta atau menunda perpisahan mereka dengan bujuk rayuan yang bisa ia lakukan. Intinya dia ga mau kesan terakhir dia sama Cinta itu marahan.
---

"Saya kan disini mau ngobrol sama kamu, bukan sama dia"




"Kamu tuh ngerjain saya ya? Iseng banget sih"



"Oh ya, mana hadiahnya?"


"Ini saya tulis buat kamu di pesawat"
"Di perjalanan menuju Jakarta"



"Bacanya jangan sekarang nanti aja kalo ga ada saya"


 "Oke"
"Makasih ya"



"Cinta, kamu pernah pernah ke Punthuk Setumbu?"


Punthuk Setumbu?
---
Obrolan sederhana mencairkan suasana. Apalagi yang Rangga berikan membuat Cinta penasaran. Lagi lagi perpisahan diulur, mereka langsung meluncur, tanpa pernah merencanakan sebuah alur.
---

Ketika di warkop, Cinta nagih hadiah yang mau dikasih sama Rangga. Terus, Rangga ngasih secarik kertas dan Cinta boleh buka nya pas ga ada Rangga. Spoiler aja nih ya.. Ternyata itu sebuah puisi.. Puisi yang berisi untuk meminta hati kembali sang pujaan hati bahwa ia ingin memiliki nya sekali lagi. 

---



Satu lampu menerangi senyuman merona di pipi, tikar yang digelar pun menjadi saksi... sebelum perpisahan itu benar benar terjadi





 





Terpancar tatapan yang penuh dengan kepercayaan kepada seseorang yang telah memberikan nya kesenangan akan takjubnya ciptaan Tuhan



Tak bisa dihindari, Rangga merupakan jembatan antara ia dan rasa kagum pada lukisan Tuhan yang ia pandang saat fajar mulai memancarkan cahaya nya. Wajar, Cinta memperlihatkan kesenangan.




"Cinta"
"Ya?"




"Sekali lagi maafin saya ya. Saya bener bener nyesel udah nyakitin hati kamu"
  "Susah kalo saya ga maafin kamu Rangga. Saya seneng kita masih bisa temenan"



"Good luck with your mom"
"Take care ya"
"Kamu juga"

 Sekali lagi, hanya maaf kembali yang bisa terucapi. Jabat erat jemari dan kecupan yang Cinta beri membuat nadi berhenti. Meskipun ia tahu bahwa kekhifalan sudah terlanjur terjadi.



"Rangga kamu ngapain ke sini?"
"Saya udah bilang kan, kita ga usah ketemu lagi"





"Saya sadar saya telah melakukan kesalahan yang besar"
 "Saya telah menyakiti kamu, saya telah meninggalkan kamu. Dan entah berapa purnama saya telah mengutuk diri sendiri atas kesalahan itu"
"Dan saya harusnya cukup bersyukur. kamu telah memaafkan saya. Kamu kembali berteman dengan saya"
"Tapi saya harus jujur. Saya mau kita lebih dari itu"



"Kalau menurut kamu kita masih punya kesempatan kedua"
"Saya akan batalkan keberangkatan saya"


 "Rangga, I'm getting marry"


"Bilang sama saya yang di Jogja itu tidak ada artinya buat kamu"



"Rangga, ciuman itu.. itu salah dan ga ada arti apa apanya buat saya"


"Oke."
"Jelas semua"



Pengakuan, penyesalan, harapan, kekhilafan, keinginan untuk membatalkan perpisahan dan kebohongan yang melukai perasaan.




"Dari jendela kau melihat bintang bintang tanggal, satu demi satu, berulang mengucapkan selamat tinggal"
"Kadang ku pikir lebih mudah mencintai semua orang daripada melupakan satu orang"
"Jika ada seseorang yang terlanjur menyentuh inti jantung mu, mereka yang datang kemudian hanya menyentuh kemungkinan." 


---

Jadi, setelah urusan dengan Ibu Rangga selesai, Rangga pergi ke Jakarta dan dia ngeline Cinta untuk ketemuan. Cinta perasaan nya gundah gulana, bingung dan resah. Ya gimana enggak, puisi Rangga bikin terhanyut tapi sayang nya dia telat karena Cinta mau menikah. Cinta tadinya ga mau ketemuan sama Rangga, tapi Rangga nyamperin Cinta ke galeri nya. Dan dia melakukan pengakuan dan memberi harapan. Tapi, gimana lagi, dia udah telat. Cinta cuma bisa bohong dan melihat Rangga pergi. Trus, Rangga di bandara nulis puisi yang cukup menyayat hati. Awas baper!

---




"Rangga, ada sesuatu yang terjadi pada saya yang bikin saya sadar bahwa hidup itu bisa berakhir kapan aja dan saya..."
"Saya gak bisa ngebayangin hidup saya lagi kalo ga ada kamu."


"Saya cinta kamu"
"Saya cinta kamu juga"



Satu purnama berlalu, Cinta menghampiri pujaan nya dulu, sang pujangga penakluk hati lewat bait-bait puisi, Rangga.
Pengakuan dan penyesalan memberikan kedua insan ini pelajaran tetapi mereka sadar bahwa cinta akan selalu kembali ke jalan dan memberi kesempatan bagi mereka yang memberi harapan ikhlas dan berlapang dada menerima kesalahan (mantan).
---

Satu purnama kemudian, Cinta nyamperin Rangga ke warkop nya. Dia sempet ngeliat Rangga pelukan sama cewe yang merupakan karyawan nya. Trus dia lari dan... Rangga ngejar! Sampe akhirnya Cinta jujur waktu di galeri nya dia membohongi Rangga dan diri nya sendiri. Trus ending bahagia ditampilkan di penghujung cerita dengan ciuman. Tapi, perjalanan mereka ke Jogja dan bernostalgia itu memang pas apalagi musik yang disuguhkan oleh Melly dan Anto selaras. Gue ngasih 8/10 untuk film ini (kalo di kuliah udah dapet A). Sayang nya film ini memilih 'jalan aman' ya sebetulnya siapa yang ga suka happy ending kan?

[Bonus]
Source